Sebelum bernama Indonesia, wilayah negara Indonesia sering disebut Nusantara. Wilayah ini berupa kepulauan yang berjumlah ribuan dan terletak di daerah tropis. Daerah tropis merupakan daerah yang banyak mendapatkan sinar matahari. Musim wilayah tropis hanya dua saja, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Keadaan ini membuat wilayah nusantara sangat subur dan kaya akan flora dan fauna. Kondisi geografisnya yang diapit Samudera Hindia dan Samudera Pasifik sekaligus membuat para penduduk asli kepulauan di Nusantara menguasai kwmamouan berlayar dan navigasi sejak lama. Keadaan alamnya yang sangat kaya dan subur menarik banyak manusia datang dan hidup di daerah ini.
Peradaban
Hindu-Budha berkembang pertama kali, dan menumbuhkan kerajaan besar di
pulau-pulau besar Nusantara seperti Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan
Majapahit. Pelaut Nusantara kabrnya sudah mampu mengarungi laut nan ganas dan
mmencapai daerah Madagaskar di Afrika. Kerajaan Majapahit ketika berjaya mampu
menyatukan seluruh Asia Tenggara.
Peradaban Islam kemudian menyusul dominan di wilayah ini berkat hubingan masyarakat Nusantara dengan para pedagang Muslim dari Gujarat, India. Setelah Belanda masuk dan menerapkan sistem kolonial pada abad 17, Nusantara berubah nama menjadi Hindia Belanda. Tahun 1945, wilayah bekas jajahan Hindia Belanda memerdekakan diri, sebagai dampak kekosongan kekuasaan akibat Perang Dunia II.
Kini Indonesia
adalah negara merdeka dan sedang menata diri. Walaupun belum semaju
negara-negara Eropa atau Amerika Serikat, kita patut melihat kembali kekayaan
budaya yang dimiliki Indonesia. Dua bukti kehebatan Nusantara masa lalu yang
akan dibahas selanjutnya adalah situs Sangiran dan Candi Borobudur.
Sangiran, Situs Pra-Sejarah Terlengkap di Asia
Sangiran adalah nama dari sebuah lokasi di Jawa Tengah, tepatnya kini masuk salam wilayah Kabupaten Sragen. Luasnya 48 km² dan terletak di lembah sungai Bengawan Solo, sungai terpanjang di pulau Jawa. Konon dahulu kala, homo sapiens, nenek moyang kita yang telah berwujud manusia modern masuk ke wilayah Nusantara dari daratan Cina pada masa 160.000 hingga 100.000 tahun lalu. Diperkirakan, sebagian dari mereka, membangun peradaban pra-sejarah pada masa 50.000 tahun lalu di Sangiran.
Pada mulanya, tidak
ada penduduk yang benyadari kekayaan sejarah Sangiran. Seorang akeolog
Belanda bernama Gustav Heinrich Ralph
von Koenigswald tahun 1934 berhasil menemukan beberapa tulang dan fosil manusia
pra-sejarah di wilayah tersebut. Manusia pra-sejarah itu rupanya masuk ke dalam
jenis Pithecantropus Erectus (kera
yang sudah dapat berjalan tegak). Saat diteliti lebih lanjut, rupanya banyak
sekali fosil semacam itu terkubur di dalamnya.
Sangiran rupanya
kaya akan sejarah dari masa Pliosen dan Pleistosen dua juta tahun yang lalu.
Menurut sejarawan kondisi tersebut di karenakan Sangiran merupakan tempat yang
pertamakali kering dan subur setelah zaman es yang menutupi hampir seluruh
dunia. Tahun 1977, Menteri Pendidikan Indonesia memutuskan untuk membangun
museum di wilayah Sangiran dan menetapkan wilayah tersebut sebagai cagar budaya
yang harus dilindungi.
Koleksi museum
Sangiran kini meliputi 13.086 fosil manusia purba, hewan bertulang belakang,,
batuan, fosil tumbuhan laut dan peralatan manusia purba dari batu. Tak hanya Pithecantropus, Sangiran juga memiliki
koleksi fosil manusia purba jenis Meganthropus
Paleojavanicus. Koleksinya manusia purba nerjalan tegak yang berlimpah
menjadikan Sangiran museum manusia purba terlengkap di Asia. UNESCO pun
menganugrahi situs Sangiran sebagai warisan budaya dunia tahun 1996.
Borobudur, Candi Budha Paling Kolosal di Dunia
Di pulau Jawa pada tahun 800-an, berdiri sebuah kerajaan yang bernama Mataram Kuno. Kerajaan ini terpengaruh dua agama, yaitu Hindu dan Budha. Keluarga kerajaan pun terbagi menjadi dua pengikut agama itu. Dinasti atau sebutannya Wangsa di Mataram Kuno membangun peradabannya masing-masing. Wangsa penganut agama Hindu bernama wangsa Sanjaya, sementatra yang beragama Budha disebut wangsa Syailendra. Letak Kerajaan itu sekarang berada di daerah jawa Tengah.
Tahun 824 Masehi,
seorang raja dari Wangsa Syailendra bernama Samaratungga memutuskan untuk
membangun tempat pemujuan (candi) yang kelak akan dinamai Borobudur. Nama
Borobudur menurut beberapa ahli berarti Bodara
atau gunung. Nama itu diberikan karena desain bangunan Borobudur berupa
punden berundak dari batu kali vulkanik yang disusun bertingkat dan besar,
menyerupai sebuah gunung. Pendapat lain mengatakan bahwa Borobudur merupakan
tempat untuk memuja raja-raja Syailendra yang telah meninggal. Aekeolog Belanda
bernama Casparis mengatakan bahwa Bhumi
Sambhara Bhudhara dalam bahsa Sanskerta yang berarti “Bukit himpunan
kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa”, adalah nama asli Borobudur.
Borobudur kini masuk ke dalam daerah Muntilan, Magelang, Jawa Tengah.
Borobudur dibangun bertingkat dengan sepuluh pelataran, melambangkan tiga tahapanhidup manusia sesuai dengan ajaran Budha aliran Mahayana. Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang massih dikuasai oleh kama atau “nafsu rendah”. Empat lantai dengan dinding berelief diatasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (ridak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai bernetuk lingkaran. Tingkatan ini melamangkan alam atas, dimana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa. Tingkat teratas hadir dalam bentuk Stupa raksasa yang menjadi puncak Borobudur. Kehebatan lain dari Borobudur adalah keberadaan patung Budha dalam setiap Stupa yang ada di kompleks candi ini.
Arsitek Borobudur
terbukti merupakan orang-orang jenius dengan kemampuan teknik sipil yang sangat
mengagumkan bahkan untukk masa kini. Borobudur dibangun tanpa semen. Bati-batu
kali vulkanik yang menjadi bahan bangunan disusun dengan sisitem yang
memungkinkan batu-batu itu saling terkait tanpa lem. Candi Borobudur juga
sangat megah. Beberapa sejarawan memperkirakan Candi ini dibangun di sebuah
bukit di tengah danau. Untuk mencapainya, umat Budha harus berjalan melalui
jembatan gantung dari puncak-pubcak bukit diatas Borobudur.
, bahkan memaksa masyarakat Mataram Kuno
memindahkan kerajaan ke Jawa Timur. Setelah lama terkubur, Candi Borobudur
ditmukan kembali tahun 1814 saat Gubernur Jenderal Sit Thomas Raffles asal
Inggris berkuassa di Jawa. Sejak tahun 1900, pemerintah kolonial Hindia Belanda
memutuskan untuk memugar kembali Candi itu agar kembali utuh seperti semula.
Ketika Indonesia merdeka, UNESCO membantu pemerintah Indonesia untuk memugar
candi Borobudur. Kini, Candi Borobudur merupakan pusat ibadah umat Budha
seluruh dunia.
Waaah ternyata
sejarah Indonesia menarik ya ^^ Sejak dulu Indonesia beragam akan kebudayaan,
dan kita sebagai generasi bangsa wajib mempertahankan dan melestarikannya.. :D
Oke, semoga bermanfaat ya artikel yang Shacchi tulis... ;)
Source : Buku Sejarah & Kebudayaan Dunia - Ardyan M. Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika ada masukan apapun silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik ..